Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis.
Jalan masuk kedalam tubuh biasanya melalui inhalasi, atau yang pada umumnya
adalah dengan meminum susu sapi yang tidak dipasteurisasi. Tuberkulosis telah
dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini. Tuberkulosis
merupakan suatu penyakit infeksi yang berefek pada paru – paru, kelenjar getah
bening, tulang dan persendian, kulit, usus dan organ lainnya. Salah satu dari
jenis tuberkulosis ini adalah tuberkulosis kutis.
Epidemiologi
Faktor predisposisi terjadinya
tuberkulosis kutis diantaranya adalah kemiskinan, gizi kurang, penggunaan
obat-obatan secara intravena, dan status imunodefisiensi. Tuberkulosis kutis
pada umumnya ditemukan pada bayi dan orang dewasa dengan status
imunodefisiensi. Frekuensi terjadinya penyakit ini pada wanita dan pria adalah
sama. Penyakit ini dapat terjadi di belahan dunia manapun, terutama di Negara –
Negara berkembang dan negara tropis. Di negara berkembang termasuk Indonesia,
tuberculosis kutis sering ditemukan. Penyebarannya dapat terjadi pada musin
hujan dan diakibatkan karena gizi yang kurang dan sanitasi yang buruk.
Prevalensinya tinggi pada anak – anak yang mengonsumsi susu yang telah
terkontaminasi Mycobacterium bovi .Tuberkulosis kutis dapat ditularkan
melalui inhalasi, ingesti, dan inokulasi langsung pada kulit dari sumber
infeksi. Selain manusia, sumber infeksi kuman tuberkulosis ini juga adalah
anjing, kera dan kucing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit ini sering terkait dengan faktor lingkungannya ataupun
pekerjaannya. Biasanya penyakit ini sering ditemukan pada pekerjaan seperti
ahli patologi, ahli bedah, orang-orang yang melakukan autopsi, peternak, juru
masak, anatomis, dan pekerja lain yang mungkin berkontak langsung dengan M.
tuberculosis ini, seperti contohnya pekerja laboraturium. Sekarang, dimasa
yang semakin efektifnya pengobatan tuberkulosis sistemik, tuberkulosis kulit
semakin jarang ditemui. Data insiden dari penyakit ini menurut beberapa rumah
sakit memperkirakan angka sekitar 1-4%, walaupun itu bukan menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya. Di negara-negara barat, frekuensi yang terbanyak
terjadi adalah bentuk lupus vulgaris. Sedangkan untuk daerah tropis seperti
Indonesia, yang paling sering terjadi adalah skrofuloderma dan tuberkulosis
kutis verukosa. Tuberkulosis kutis menyerang tanpa memandang jenis kelamin dan
umur. Tetapi, insiden terbanyak terjadi antara dekade 1-2.
Etiologi
Tuberkulosis kutis merupakan
penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
ini juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium bovis dan terkadang juga
dapat disebabkan oleh vaksin Bacillus Calmette-Guerin. Tuberkulosis
kutis terjadi saat bakteri mencapai kulit secara endogen maupun eksogen dari
pusat infeksi. Klasifikasi tuberculosis kutis yaitu tuberculosis kutis yang
menyebar secara eksogen (inokulasi tuberculosis primer, tuberculosis kutis
verukosa), secara endogen (Lupus vulgaris, skrofuloderma, tuberculosis
kutis gumosa, tuberculosis orifisial, tuberculosis miliar akut) dan tuberkulid
(Liken skrofulosorum, tuberkulid papulonekrotika, eritema nodosum).
Tuberkulosis kutis, seperti tuberkulosis paru, terutama terjadi di negara yang
sedang berkembang. Insidensi di Indonesia kian menurun sejalan dengan
menurunnya tuberkulosis paru. Hal itu tentu disebabkan oleh kian membaiknya
keadaan ekonomi. Bentuk-bentuk yang dahulu masih terdapat sekarang telah jarang
terlihat, misalnya tuberkulosis kutis papulonekrotika, tuberkulosis kutis
gumosa, dan eritema nodusum.
Bakteriologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman yang bersifat aerob dan merupakan patogen
pada manusia, dimana bakteri ini bersifat tahan asam sehingga biasa disebut
bakteri tahan asam (BTA), dan hidupnya intraselular fakultatif. Artinya,
bakteri ini tidak mutlak harus berada didalam sel untuk dapat hidup.
Mikobakterium tuberkulosis mempunyai sifat-sifat yaitu berbentuk batang, tidak
membentuk spora, aerob, tahan asam, panjang 2-4/µ dan lebar 0,3-1,5/µ, tidak
bergerak dan suhu optimal pertumbuhan pada 370 C. Bakteri ini
merupakan kuman yang berbentuk batang yang lebih halus daripada bakteri Mycobekterium
leprae, sedikit bengkok dan biasanya tersusun satu-satu atau berpasangan.
Patogenesis
Cara infeksi dari kuman M.
Tuberculosis ini ada 6 macam yaitu penjalaran langsung ke kulit dari organ
di bawah kulit yang telah dikenai penyakit tuberkulosis, misalnya
skrofuloderma, inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yang
dikenai penyakit tuberkulosis, misalnya tuberkulosis kutis orifisialis, penjalaran
secara hematogen, misalnya tuberkulosis kutis miliaris, penjalaran secara
limfogen, misalnya lupus vulgaris, penjalaran langsung dari selaput lendir yang
sudah diserang penyakit tuberkulosis, misalnya lupus vulgaris, atau bisa juga
kuman langsung masuk ke kulit yang resistensi lokalnya telah menurun atau jika
ada kerusakan kulit, contohnya tuberkulosis kutis verukosa.
Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya
gejala klinik adalah sifat kuman, respon imun tubuh saat kuman ini masuk
kedalam tubuh ataupun saat kuman ini sudah berada didalam tubuh serta jumlah
dari kuman tersebut. Respon imun yang berperan pada infeksi M. tuberculosis
adalah respon imunitas selular. Sedangkan peran antibodi tidak jelas atau tidak
memberikan imunitas.
Bila terjadi infeksi oleh kuman M.
Tuberculosis ini, maka kuman ini akan masuk jaringan dan mengadakan
multiplikasi intraseluler. Hal ini akan memicu terjadinya reaksi jaringan yang
ditandai dengan datang dan berkumpulnya sel-sel leukosit dan dan sel-sel
mononuklear serta terbentuknya granuloma epiteloid disertai dengan adanya
nekrosis kaseasi ditengahnya. Granuloma yang terbentuk pada tempat infeksi paru
disebut ghonfocus dan bersamaan kelenjar getah bening disebut kompleks
primer adalah tuberculous chancre. Bila kelenjar getah bening pecah
timbul skrofuloderma .
Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi dari
tuberkulosis kutis ini. Yang paling sering digunakan adalah klasifikasi menurut
ada atau tidaknya bakteri penyebabnya. Sehingga tuberkulosis kutis ini
dibedakan menjadi tuberkulosis kutis sejati dan tuberkuloid. Pada tuberkulosis
sejati, ditemukan basil TB pada lesinya. Sedangkan pada tuberkuloid tidak
ditemukan adanya basil. Tuberkulosis sejati ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
primer dan sekunder. Yang dimaksud dengan primer ini adalah lesi yang terjadi
karena infeksi eksogen pada penderita yang belum pernah terpapar dengan M.
Tuberculosis sebelumnya. Pada tuberkulosis sekunder, terjadi reinfeksi baik
itu reinfeksi lokal maupun general pada individu yang pernah terinfeksi sebelumnya.
Yang termasuk dalam kategori tuberkulosis sekunder adalah TB kutis miliaris,
skrofuloderma, TB kutis verukosa, TB kutis gumosa, TB kutis orifisialis, lupus
vulgaris.
Adapun yang dimaksudkan dengan
tuberkuloid merupakan reaksi hipersensitifitas dari individu yang sebelumnya
telah sensitif dengan kuman TB. Bentuk dari tuberkuloid ini sendiri dibagi lagi
menjadi 2 bentuk yaitu tuberkuloid dalam bentuk papul dan tuberkuloid dalam
bentuk granuloma dan ulseronodulus.
Gambaran Klinik dan Histopatologi
Pada umumnya, gambaran dari TB kutis
ini adalah pada epidermisnya tampak adanya hiperkeratosis dan akantosis. Pada
reaksi radang yang akut, sering dengan gambaran adanya abses di lapisan ini.
Pada deermis tampak adanya nekrosis kaseosa. Gambaran klinis yang khas menurut
penyakitnya pada tuberkulosis sejati adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Inokulasi TB primer
- TB chancre atau kompleks primer TB (TB inokulasi
primer)
Bentuk ini merupakan hasil inokulasi
primer kuman TB pada kulit orang yang belum pernah terkena kuman TB sebelumnya
atau pada orang-orang yang tidak mempunyai imunitas terhadap kuman TB.
Gambarannya dapat berbentuk papul, pustul atau ulkus indolen, berdinding
tergaung dan disekitarnya livid. Masa tunas 2-3 minggu, limfangitis dan
limfadenitis timbul beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah afek primer,
pada waktu tersebut reaksi tuberkulin menjadi positif. Histopatologinya yaitu
pada fase awal menunjukkan gambaran radang akut dengan nekrosis dan banyak
basil tahan asam. Pada stadium lanjut dijumpai kaseasi bersamaan dengan
lenyapnya basil.
- TB miliar kulit (TB kutis miliaris diseminata)
Tipe ini biasanya terjadi pada bayi
dan anak-anak dengan status imunokompromise. Akan ditemukan adanya lesi primer
pada paru dan lesi yang muncul secara mendadak dan tersebar diseluruh badan
berupa papula, vesikel, pustula dengan atau tanpa nekrosis diatasnya. Diagnosis
banding dari kelainan ini adalah sifilis sekunder dan erupsi obat. Pada
pemeriksaan histopatologinya menunjukkan adanya beberapa fokal nekrosis dan abses
yang dikelilingi zona makrofag dan banyak basil tahan asam.
- Lupus vulgaris
(TB luposa kutis)
Lebih sering terjadi pada wanita.
Lupus vulgaris merupakan bentuk yang sering dan mengenai terutama pada bagian
yang sering terpapar misalnya pada wajah dan ekstremitas. Gambaran klinis yang
umum adalah kelompok nodus eritematosa yang berubah warna menjadi kuning pada
penekanan (apple jelly colour). Penyembuhan spontan terjadi
perlahan-lahan di suatu tempat, tetapi terjadi perjalanan di tempat lain, yang
dapat ke perifer atau serpiginosa. Diagnosis banding untuk penyakit ini adalah
SLE, sifilis tersier, sporotrikosis dan lepra. Gambaran histopatologinya
menunjukkan adanya struktur tuberkuloid pada dermis atas berupa granuloma
epiteloid dengan sel-sel raksasa Langhans dan limposit.
- TB kutis verukosa (warty tubercuosis
verrucanecrogenica)
Bentuk TB kulit yang timbul karena
infeksi eksogen pada individu dengan imunitas baik. Perjalanan kliniknya
berlangsung kronik beberapa bulan hingga tahun. Tempat predileksinya pada
tungkai bawah dan kaki. Gambaran klinis biasanya berbentuk bulan sabit akibat
penjalaran secara serpiginosa. Ruam terdiri atas papul-papul lentikuler di atas
kulit yang eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat sikatriks. Diagnosis
bandingnya adalah veruka, kromomikosis dan sporotrikosis. Gambaran
histopatologinya yaitu pada epidermis dijumpai adanya hiperkeratosis,
hipergranulosis, akantosis, dan papilomatosis diatas sebukan radang akut.
- Skrofuloderma (TB colliquativa cutis, TB gumma)
Skrofuloderma terjadi terutama pada
anak-anak dan dewasa muda. Perjalanan penyakit ini kronik dan sering
kambuh. Fokus primer didapatkan pada daerah yang aliran getah beningnya
bermuara pada kelenjar getah bening yang meradang. Dimulai dengan satu atau
beberapa nodul indolen, keras dan dalam, dan melekat dengan kulit diatasnya.
Setelah beberapa minggu, lesi menjadi kemerahan, melunak dan mengalami supurasi
dan bila pecah, tepinya tidak teratur. Diagnosis bandingnya adalah
aktinomikosis servikovasial, hidradenitis supurativa, limfogranuloma venereum,
dan blastomikosis. Pada pemeriksaan histopatologinya, pada bagian tengah dari
lesi akan terdapat ulkus dan abses. Banyak basil tahan asam. Semakin tua lesi,
basil semakin susah ditemukan.
- TB kutis orifisialis
Merupakan bentuk dari TB kulit yang
terjadi pada mukosa atau kulit sekitar orifisium. Ulkus berdinding
tergaung, kemerahan, hemoragik, purulen dan sekitarnya livid. Terjadi karena
autoinokulasi, perluasan limfogen atau hematogen pada penderita dengan imunitas
kurang baik. Diagnosis bandingnya adalah ulkus durum, ulkus molle dan ulkus
ulkus piogenik. Gambaran histopatologinya adalah biasanya berupa ulkus yang
tidak spesifik. Nekrosis kaseasi dapat dijumpai pada dermis bagian dalam. Basil
tahan asam mudah dijumpai.
Tuberkuloid memiliki perbedaan
dengan tuberkulosis sejati dalam gambaran histopatologinya. Semua bentuk
tuberkuloid biasanya tubuh sendiri, tidak dijumpai basil tahan asam pada lesi,
ter tuberkulin pisitif kuat dan ada respon terhadap pengobatan anti-TB.
- Tuberkuloid papulonekrotik
Bentuknya biasanya simetrik pada
bagian ekstensor anggota badan, berupa sekumpulan papula dengan nekrosis
ditengahnya, kemudian menjadi krusta yang melekat dan membentuk jaringan
nekrotik dalam waktu 8 minggu, lalu menyembuh dan meninggalkan sikatriks. Lama
penyakit dapat bertahun-tahun. Diagnosis bandingnya adalah prurigo,
folikulitis, dan sifilis pustular. Gambaran histopatologinya menampakkan adanya
nekrosis pada dermis bagian atas, dikelilingi oleh radang nonspesifik. Yang
khas adalah endarteritis, endoflebitis, dan trombosis.
- Likhen skrofulosorum
Merupakan bentuk tuberkuloid dengan
erupsi likhenoid. Lesi biasanya terjadi di daerah leher pada anak yang
menderita tuberkulosis tulang atau nodus limfatik. Kelainan kulit terdiri atas
beberapa papul miliar, warna dapat serupa dengan kulit atau eritematosa. Tempat
predileksi pada dada, perut, punggung dan daerah sacrum. Perjalanan penyakitnya
dapat berbulan-bulan dan residif, jika sembuh tidak meninggalkan sikatriks.
Diagnosis bandingnya adalah dermatitis seboroik, lepra tuberkuloid,
sarkoidosis, keratosis folikularis dan likhen nitidus. Gambaran
histologinya berupa granuloma tuberkuloid superfisial disekitar folikel rambut.
- Eritema induratum
(Bazin)
Eritema induratum adalah suatu peradangan kronis dari pembuluh darah arteri
dan vena bersifat jinak, dan disertai nekrosis lemak. Kelainan kulit berupa
nodus-nodus indolen. Tempat predileksinya pada daerah fleksor. Perjalanan
penyakit kronik residif. Diagnosis bandingnya adalah eritema nodosum, ektima,
ENL, dan ulkus stasis. Gambaran histopatologinya bervariasi, tetapi tetap
khas adanya vaskulitis dan panikulitis. Reaksi jaringan dapat
nonspesifik atau berupa tuberkel dan sel raksasa Langhans dengan disertai
nekrosis.
- Eritema nodusum
Kelainan kulit berupa nodus-nodus
indolen terutama pada ekstremitas bagian ekstensor. Diatasnya terdapat eritema.
Banyak penyakit yang juga dapat memberi gambaran klinis sebagai E.N., yang
sering: lepra sebagai eritema nodusum leprosum, reaksi karena Streptococcus
B Hemolyticus, alergi obat secara sistemik, dan demam reumatik.
Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis kutis ini
berdasarkan atas anamnesa riwayat TB, pemeriksaan klinik umum, dan dermatologi.
Untuk menegakkan diagnosis pasti, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan BTA, dan kultur.
Pengobatan
Pengobatan untuk tuberkulosis ini
pada prinsipnya sama dengan pengobatan untuk tuberkulosis paru, karena kuman
penyebabnya adalah sama-sama M. Tuberculosis. Pengobatannya terdiri dari
kombinasi INH, rifampisin, ethambutol, atau streptomisin. Ada 3 alternatif
regimen pengobatan jangka pendek, yaitu INH + rifampisin setiap hari selama 6
bulan, ditambah dengan ethambutol dan pyrazinamid setiap hari pada 2 bulan
pertama, INH + rifampisin setiap hari selama 6 bulan, ditambah streptomisin dan
pyrazinamid setiap hari selama 2 bulan pertama, atau bisa juga dengan INH +
rifampisin setiap hari selama 9 bulan ditambah ethambutol setiap hari selama 2
bulan pertama.
Formula untuk pengobatan
tuberkulosis ini dapat dituliskan sebagai berikut
dimana H=INH, 300 mg/hari, 10-20 mg/
kg BB/ hari, R=rifampi, 600 mg/hari, 10-20 mg/kg BB/hari, Z=pyrazinamid, 25
mg/kg BB/hari, E=ethambutol, 15 mg/kg BB/ hari.
Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik
apabila pasien bersedia mengikuti terapi dengan bersungguh-sungguh dan selalu
menjaga kebersihan badan serta lingkungan sekitarnya.
RINGKASAN
Tuberkulosis kutis adalah penyakit
infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis. Sifat dari kuman ini adalah aerob dan tahan asam.
Tuberkulosis kutis ini umumnya menyerang orang-orang yang mempunyai imunitas
rendah. Kuman ini dapat menginfeksi dengan 6 cara baik itu langsung melalui
kulit ataupun penjalaran melalui organ tubuh lainnya. Klasifikasinya dapat
dibedakan menjadi tuberkulosis sejati dan tuberkuloid, dimana tuberkulosis
sejati ada yang primer dan sekunder, sedangkan jenis dari tuberkuloid ada yang
dalam bentuk granuloma dan ulseronodulus. Pada umumnya, gambaran dari TB kutis
ini adalah pada epidermisnya tampak adanya hiperkeratosis dan akantosis.
Diagnosis tuberkulosis kutis ini berdasarkan atas anamnesa riwayat TB,
pemeriksaan klinik umum, dan dermatologi. Diperlukan juga pemeriksaan BTA dan
kultur. Formula untuk pengobatan TB kulit ini adalah 2 HRZE. Prognosis dari
penyakit ini baik apabila pasien bersedia menjalani terapi tanpa putus obat dan
dengan tetap menjaga kebersihan badan dan lingkungan sekitarnya.
Kayan Setiawan
Civitas Akademika Universitas Udayana