Rabu, 16 Januari 2013

Mengenal Kanker Serviks



Selamat malam agan-agan semuanya, pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit membahas tentang pembunuh kaum wanita nomor 1 di Indonesia, yaitu kanker serviks atau kanker leher rahim. Seseram itukah kanker ini? Mari kita simak sedikit ulasan tentng kanker ini 

Menurut buku anatomi manusia dan menurut pengertian katanya, leher rahim adalah bagian bawah rahim (uterus) yang meluas sedikit ke bagian atas vagina. Serviks sering disebut leher rahim. Sebuah lorong sempit yang disebut kanalis servikalis (endoserviks atau kanal) berawal dari vagina ke bagian dalam rahim. Hal ini biasanya tetap tertutup rapat, namun memungkinkan darah mengalir keluar dari rahim selama periode, dan sperma melakukan perjalanan didalam pada saat berhubungan seks. Ini membuka sangat lebar selama persalinan ketika anda memiliki bayi. Permukaan serviks ditutupi dengan kulit seperti sel. Ada juga beberapa kelenjar kecil pada lapisan saluran leher rahim yang membuat lendir.
Nah, sekarang kira-kira apa itu arti dari kata kanker? Mungkin beberapa orang membuat guyonan dengan menggunakan kata kanker ini dengan mengartikannya dengan kantong kering. Tapi dalam dunia medis, kata kanker memili arti yang berbeda dengan guyonan pasaran diatas. Kanker adalah suatu pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel dalam tubuh. Tubuh terdiri dari jutaan sel kecil. Ada berbagai jenis sel dalam tubuh, dan ada berbagai jenis kanker yang timbul dari berbagai jenis sel. Apa semua jenis kanker memiliki kesamaan adalah bahwa sel-sel kanker tidak normal dan berkembang biak tak terkendali.
Sebuah tumor ganas adalah benjolan atau pertumbuhan jaringan terdiri dari sel-sel kanker yang terus berkembang biak. Tumor-tumor ganas menyerang ke jaringan di dekatnya dan organ, yang dapat menyebabkan kerusakan. Tumor-tumor ganas juga bisa menyebar ke bagian lain dari tubuh. Ini terjadi jika beberapa sel putus dari tumor (primer) pertama dan dapat menyebar melalui saluran aliran darah atau getah bening ke bagian lain dari tubuh. Kelompok-kelompok kecil sel kemudian dapat berkembang biak untuk membentuk tumor sekunder (metastasis) dalam satu atau lebih bagian tubuh. Tumor sekunder kemudian dapat tumbuh, menyerang dan merusak jaringan di sekitarnya, dan menyebar lagi.
Itu dia sedikit pengertian tentang kanker, selanjutnya mari kita masuk topik utama saat ini, yaitu kanker serviks. Kanker serviks adalah suatu kanker yang terjadi pada leher rahim. Kanker serviks terbentuk sangat perlahan. Diawali dengan beberapa sel yang berubah dari normal menjadi sel-sel pra-kanker (sel pelopor) dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan dalam istilah medis disebut dengan displasia. Kanker serviks ada 2 jenis utama. Pertama adalah sel kanker serviks skuamosa yang merupakan jenis kanker serviks yang paling umum. Ini berkembang dari sebuah sel kulit seperti (sel skuamosa) yang menutupi leher rahim yang menjadi kanker. Jenis lain dari kanker serviks adalah adenokarsinoma yang merupakan jenis yang kurang umum. Kanker jenis ini berkembang dari sebuah sel kelenjar (sel yang membuat lendir) di dalam saluran leher rahim yang menjadi kanker.
Tentu saja agan-agan bertanya, apa sih penyebab dari kanker serviks itu? Pra-kanker awal kelainan sel leher rahim biasanya disebabkan oleh infeksi sebelumnya dengan human papillomavirus (HPV). Virus jenis ini biasanya menyebabkan suatu penyakit yang lebih sering dikenal dengan nama kutil. Tentu saja hal ini bukan satu-satunya faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks. Beberapa faktor yang berpengaruh adalah merokok dimana wanita yang merokok dua kali lebih mungkin mendapat kanker serviks dibandingkan mereka yang tidak. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat menyebabkan kanker paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh ke organ lain juga. Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari para wanita perokok. Infeksi bakteri klamidia juga menurut riset ikut berpengaruh. Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks. Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun pada saat pil di-stop. Memiliki banyak anak, hamil pada usia muda (<17 tahun), hubungan seksual terlalu dini, dan riwayat keluarga yang pernah menderita kanker serviks merupakan hal lain yang turut serta meramaikan potensi terjadinya kanker serviks.
Bagaimana cara mendeteksi dini untuk kanker serviks? Untuk mendeteksi dini adanya kanker serviks adalah dilakukannya pemeriksaan pap smear. Test ini digunakan menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal dalam serviks (leher rahim). Test Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun laboratorium terdekat. Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa menit) dan tidak menimbulkan rasa sakit. Test Pap smear dapat dilakukan bila Anda tidak dalam keadaan haid ataupun hamil. Untuk hasil terbaik, sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan. Jenis pemeriksaan pap smear adalah Test Pap smear konvensional, Thin prep Pap, dan Thin prep plus test HPV DNA yang dilakukan bila hasil test Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV.
Adapun panduan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks menurut ACOG (American Congress of Obstetricians and Gynecologists) tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1-  Skrining kanker servik harus dimulai pada usia 21 tahun. Skrining sebelum usia 21 harus dihindari karena dapat menyebabkan evaluasi dan perlakuan yang tidak perlu dan berbahaya bagi wanita berisiko kanker sangat rendah.
2-  Test Pap Smear dianjurkan setiap 2 tahun sekali bagi wanita berusia 21 - 29 tahun.
3-  Wanita berusia 30 tahun dan lebih tua yang telah tiga kali (3x) berturut-turut hasil test Pap Smear-nya negatif dan yang tidak memiliki riwayat CIN 2 atau CIN 3, tidak terinfeksi HIV, tidak memiliki masalah dengan kekebalan tubuh, dan tidak terkena dietilstilbestrol dalam rahim, dapat memperpanjang interval antara test Pap Smear menjadi setiap 3 tahun.
4-  Metode Pap Smear konvensional atau Sitologi Berbasis Cairan, dapat digunakan pada wanita yang telah mengalami total histerektomi (operasi pengangkatan rahim), untuk tumor rahim jinak dan tidak memiliki riwayat CIN bermutu tinggi, tes Pap Smear rutin harus dihentikan.
5-  Kombinasi test Pap Smear dengan test HPV DNA adalah skrining yang sesuai untuk wanita berusia lebih tua dari 30 tahun. Setiap wanita berisiko rendah, yang berusia 30 tahun atau lebih, dan yang menerima hasil tes negatif pada kedua skrining diatas, harus melakukan skrining kembali, tapi tidak lebih cepat dari 3 tahun kemudian.
6- Karena kanker servik berkembang perlahan-lahan dan faktor risiko menurun dengan bertambahnya usia, adalah wajar untuk menghentikan skrining kanker servik pada wanita berusia antara 65-70 tahun, yang memiliki tiga atau lebih hasil tes Pap Smear negatif secara berurutan dan tidak ada hasil tes Pap Smear abnormal dalam 10 tahun terakhir.
7- Wanita yang dimasa lalu memiliki pengobatan untuk CIN 2/CIN 3, atau kanker servik tetap berisiko kanker servik selama paling sedikit 20 tahun setelah pengobatan dan setelah melewati masa pengamatan awal, dan harus terus memiliki skrining tahunan untuk paling sedikit 20 tahun ke depan.
8- Wanita yang telah menerima imunisasi atas virus HPV-16 dan HPV-18, tetap harus melakukan uji skrining kanker servik sebagaimana diatas
 Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum seberapa jauh kanker telah menyebar. Ada 2 sistem yang digunakan pada umumnya untuk memetakan stadium kanker serviks, yaitu sistem FIGO (Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri) dan sistem TNM Kanker, keduanya sangat mirip. Kedua pemetaan ini mengelompokkan kanker serviks berdasarkan 3 faktor: ukuran/besar tumor (T), apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening (N) dan apakah telah menyebar ke tempat jauh (M).
Dalam sistem AJCC, stadium menggunakan angka Romawi 0 s/d IV (0-4). Secara umum, angka yang lebih rendah menunjukkan semakin kecil kemungkinan kanker telah menyebar. Angka yang lebih tinggi, seperti stadium IV (4) menunjukkan kanker yang lebih serius.
  • Stadium 0 (Carsinoma in Situ): Sel-sel kanker serviks hanya ditemukan di lapisan terdalam leher rahim
  • Stadium I: kanker ditemukan pada leher rahim saja.
  • Stadium II: kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina.
  • Stadium III: kanker serviks telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, mungkin telah menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan ginjal tidak berfungsi
  • Stadium IV: kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian lain dari tubuh (paru-paru, tulang, hati, dll)
Bila seorang wanita telah didiagnosa menderita kanker serviks, bagaimana penanganannya? Ada tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan. Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks memiliki aturan yaitu bila ukuran tumor < 4cm maka dilakukan  radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan atau tanpa kemo, namun bila ukuran tumor >4cm maka akan dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi. Selanjutnya, bila kanker sudah masuk kedalam stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.  Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala. Hal ini disebut perawatan paliatif. Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda termasuk usia Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri. Seringkali cukup bijak untuk mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang memberikan Anda perspektif lain dari penyakit Anda.


Nb: Dari berbagai sumber.


Minggu, 21 Oktober 2012

Gemuk Saat Remaja, Impoten Saat Dewasa




Jangan disangka badan gemuk hanya berbahaya untuk orang yang berusia tua. Nyatanya, laki-laki yang gemuk saat masih berusia remaja berisiko mengalami disfungsi ereksi alias impotensi saat dewasa.
Hal ini berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh University at Buffalo's School of Medicine. Menurut penelitian tersebut, pria yang gemuk di usia 14 hingga 20 tahun, akan mengalami penurunan testosteron hingga 50 persen, yang secara signifikan dapat menyebabkan impotensi dan kemandulan saat dewasa.
"Kami terkejut saat mengamati penurunan 50 persen testosteron dalam penelitian pada anak laki-laki obesitas, karena mereka masih muda dan tidak diabetes," kata Paresh Dandona, MD, PhD, Profesor SUNY Distinguished di Departemen Kedokteran, kepala Divisi Endokrinologi, Diabetes dan Metabolisme di UB Medical School, seperti dilansir timesofindia, Sabtu (20/10/2012).
Menurut Dandona, implikasi dari temuannya cukup menghebohkan karena anak laki-laki yang gemuk akan berpotensi impoten dan infertil (tidak subur).
Studi ini dilakukan dalam skala kecil pada 25 pria obesitas dan 25 pria bertumbuh ramping, dikontrol pada tingkat usia dan kematangan seksual. Konsentrasi total dan bebas testosteron serta estradiol, hormon estrogen, diukur dalam sampel darah pagi hari puasa.
"Temuan ini menunjukkan bahwa efek dari obesitas sangat kuat, bahkan pada yang muda, dan bahwa asupan nutrisi dan gaya hidup dimulai pada masa kanak-kanak memiliki dampak besar di seluruh semua tahap kehidupan," katanya.
Selain konsekuensi reproduksi, ketiadaan atau rendahnya tingkat testosteron juga akan meningkatkan kecenderungan lemak dan otot perut berkurang, yang menyebabkan resistensi insulin dan memberikan kontribusi untuk diabetes.
Hasil studi ini telah dipublikasikan secara online pada Clinical Endocrinology. 
(detik.com/20/10/12)

Minggu, 11 Maret 2012

Terong, Antara Mitos dan Fakta


Ooooaaaaahhhhhhhheeeeeeeemmmmmm….
Apa kabar anda hari ini? Pada kesempatan kali ini, saya akan mengulas sedikit tentang salah satu jenis sayuran yang sering kita konsumsi dan sering kita dengar mitosnya. Siapakah dia? Dan dia adalah terong.

Asalnya adalah dari India dan Sri Lanka. Terong berkerabat dekat dengan kentang dan leunca, dan agak jauh dari tomat. Terong ialah terna yang sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57 inci) tingginya. Memiliki daun yang besar, dengan lobus yang kasar. Batangnya biasanya berduri. Warna bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk jenis yang ditanam.
Saya sering mendengar mitos tentang terong yang dikaitkan dengan vitalitas pria. Banyak yang berkomentar kalau terong bisa membuat disfungsi seksual pada pria. Entah sejak kapan dan darimana datangnya mitos ini, yang jelas sangat banyak orang, terutama yang pria, mempercayai mitos ini. Bahkan tak jarang ada yang dengan gaya berbicara seperti sudah menjadi seorang ahli gizi, mengatakan bahwa terong “haram” dikonsumsi oleh para pria. Entah karena terong yang setelah dimasak bentuknya loyo, maka terong (terung) dituding sebagai sesuatu yang dapat mengganggu keperkasaan pria (padahal semua sayuranpun, pasti akan loyo dan lemas setelah dimasak). Terong pun didesas-desuskan dapat menimbulkan impotensi. Tak pelak, anggapan itu berakibat terong bak musuh yang menakutkan bagi sejumlah pria. Sungguh mitos yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Setelah mencari beberapa bahan bacaan, termasuk beberapa bahan jurnal ilmiah, memang saya belum menemukan adanya penelitian ilmiah yang menyebutkan dampak negatif dari terong yang dapat menyebabkan gungguan fungsi seksual pada pria. Malah sebaliknya, yang saya temukan adalah khasiat dari tanaman ini yang memang tidak dapat diremehkan. hal ini di dukung oleh beberapa penelitian dari orang-orang yang memang berkompeten dibidangnya, seperti contohnya Dr. Waluyo Soerjodibroto, Ph.D., DSG (salah seorang staf ahli gizi dari UI), Dr GHA Mitschek (seorang ilmuwan dari Universitas Graz), Dr. Fasich (seorang peneliti dari Universitas Airlangga).
Dr. Waluyo mengatakan bahwa mitos tentang terong yang dapat menurunkan vitalitas pria itu merupakan anggapan yang salah dan belum terbukti keabsahannya melalui penelitian ilmiah murni. Terong malah dapat menurunkan kadar kolesterol makanan. Maksudnya disini, bila terong dikonsumsi dengan makanan yang banyak mengandung kolesterol, maka terong dapat membantu menurunkan kadar penyerapan kolesterol dari makanan tersebut. Hanya saja, terong yang disajikan disini harus dengan  cara direbus atau dikukus, bukan digoreng. Karena bila dimasak dengan cara digoreng, apalagi dengan penambahan santan, maka kemampuan dari terong bisa menurun bahkan hilang. Yang tersisa adalah rasa yang enak untuk lidah.
Dr. Waluyo juga menjelaskan bahwa ternyata didalam terong juga terkandung antioksidan. Telah diketahui bahwa fungsi anti oksidan yaitu pencegah kanker. Namun, sebagaimana makanan lain yang mengandung antioksidan yang cukup tinggi, hendaknya tidak dikonsumsi secara berlebihan. Karena mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan dalam jumlah yang berlebih dari yang diperlukan dan dalam jangka waktu yang lama, maka antioksidan tersebut malah bisa berubah menjadi pro oksidan atau pemicu terjadinya kanker. Terong juga rendah kalori, mengandung vitamin A, B1, B2, B6, dan juga vitamin C. Selain itu juga mengandung kalium dan senyawa solanin.
Dr Mitschek juga telah melakukan penelitian dengan menggunakan hewan coba hingga beberapa kali. Peneliti ini memberi makanan tinggi kolesterol pada kelinci percobaannya dan juga memberikan terong dalam jumlah yang bervariasi. Hasil yang didapatkan adalah ternyata terong dapat menbantu menghambat pembentukan plak dan timbunan lemak dalam pembuluh darah, membatasi penyerapan kolesterol dalam saluran cerna, bahkan mampu menyerap dan mengangkut kolesterol yang berlebih dalam pembuluh darah. Dr Mitschek juga mengatakan bahwa terong adalah sumber asam folat dan kalium yang baik, serta dapat menurunkan dan menghambat pembentukan radikal bebas karena mengandung nasuin yang terdapat pada kulitnya. Kenyataan lain yang ditemukan adalah, kandungan afrodisiak dalam terong dapat menaikkan gairah seksual pria, menambah nafsu seksual dan tidak menyebabkan lemah syahwat. Selain itu, terong kaya akan kandungan serat.
Selain hasil penelitian dari beberapa orang diatas, beberapa bahan bacaan juga menjelaskan beberapa manfaat dan kandungan dari terong, yang mematahkan mitos sebagai sayuran yang harus dihindari. Dikatakan bahwa air rebusan dari terong gelatik (berbentuk bulat kecil) dapat melancarkan buang air kecil, menyembuhkan sakit perut dan mampu untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Namun dalam hal ini, saya belum berhasil menemukan bukti jurnal ilmiahnya walau dalam pengobatan tradisional, memang sudah sering dipakai.
Pengobatan tradisional di Nigeria percaya, bahwa terong dapat menyembuhkan atau setidaknya mengurangi serangan rematik tertentu. Bahkan tidak hanya di Nigeria terong diyakini memiliki khasiat obat, di Korea terong dikenal punya keajaiban untuk mengobati beberapa gangguan kesehatan. Sayuran yang telah dikeringkan, termasuk buahnya, bisa dikonsumsi untuk mengobati sakit pinggang, encok, pinggang terasa kaku, dan nyeri lainnya.
Terong yang mengandung striknin dan skopolamin, juga skopoletin dan skoparon, berfungsi sebagai penghambat serangan sawan dan gugup. Jadi jelaslah sudah bahwa terong dapat mengobati penyakit epilepsi. Pengujian terakhir yang dilakukan di Jepang menunjukkan jus terong, yang dapat menekan kerusakan pada sel-sel tersebut. Kandungan protease (tripsin) pada terong dipercaya dapat menolong melawan serangan zat penyebab kanker. Pada penelitian yang lebih spesifik, terong dikatakan bagus untuk mengurangi risiko penyakit kanker perut.
Begitu banyak manfaat dari terong, terutama yang memang sudah terbukti secara ilmiah, hendaknya menjadi pegangan bagi kita, agar tidak takut untuk mengkonsumsinya. Karena memang sampai artikel ini dibuat, belum ada jurnal ilmiah yang “membenarkan” mitos tersebut. So, sekarang tinggal bagaimana kita memilah milah informasi yang kita dapatkan tentang terong ini, sehingga kita bisa membedakan mana fakta (menurut penelitian ilmiah) dan mana yang opini (mitos)

Nb: Dari berbagai sumber

Rabu, 29 Februari 2012

Nyeri Haid


Ooooooaaaaaahhhhhheeeeemmmmmm….
Apa kabar anda hari ini?
Untuk artikel edisi tahun kabisat ini, saya akan sedikit mengulas tentang sesuatu yang berkaitan dengan (lagi-lagi) reproduksi wanita. Apakah itu? Jeng jeng jeng. Nyeri haid.
Yup, masalah yang satu ini saya masukan ke artikel ini karena banyak dari teman saya yang wanita, mengeluhkan tentang nyeri yang muncul sebelum dan saat mereka sedang haid. Sebenarnya kenapa sih bisa nyeri? Dan bagaimana penanganannya? Silahkan disimak ya…

 Ilustrasi Nyeri haid (google)

Nyeri haid atau dismenorrhoe adalah nyeri kejang otot (spasmodik) diperut bagian bawah dan menyebar kesisi dalam paha atau bagian bawah pinggang yang terjadi menjelang haid atau selama haid akibat kontraksi otot rahim. Ada beberapa penyebab dari nyeri haid ini. Secara garis besar, penyebab nyeri haid ada yang bersifat primer dan ada yang juga yang bersifat sekunder. Nyeri haid primer adalah perasaan sakit dibagian perut bawah yang terjadi karena ketidak seimbangan hormon, aktivitas fisiologis dari rahim dan tanpa adanya kelainan pada rongga pelvis (panggul). Nyeri haid primer termasuk kontraksi rahim, lepasnya dinding rahim akibat dari peningkatan prostaglandin. Hal lain yang termasuk dalam “paket” nyeri haid adalah kecemasan yang berlebihan. Makanya emosi wanita yang sedang haid itu sering labil dan “galau”. Nyeri haid primer ini dialami oleh sebagian besar wanita normal. Sedangkan nyeri haid sekunder ditandai dengan adanya kelainan pada rongga pelvis. Bisa saja diakibatkan oleh karena adanya kista, mioma, atau bisa juga karena adanya tumor pada rahim.
Pada saat menstruasi, secara fisiologis rahim akan berkontraksi untuk mengeluarkan lapisan endometrium rahim yang terlepas. Lapisan ini sebelumnya telah dibentuk di dalam rahim untuk mempersiapkan kehamilan, karena nantinya sel telur yang telah dibuahi sperma akan “tertanam” dilapisan ini. Tetapi, karena sel telur matang yang telah keluar dari indung telur tidak ada yang membuahi, maka sel telur itu akan mati dan merangsang peluruhan (pengelupasan) dari lapisan endometrium rahim. Lapisan inilah yang nantinya akan dikeluarkan saat haid. Karena lapisan ini kaya akan pembuluh darah, itulah sebabnya peluruhan lapisan ini disertai dengan keluarnya darah dengan volume yang beragam. Otot rahim berkontraksi dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan terjadinya spasme (kekakuan/kejang) otot. Inilah yang dapat menyebabkan nyeri pada haid. Kontraksi otot polos pada rahim sebenarnya juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Hal ini mengacu pada susunan histologi (sel) dari otot polos, dimana posisi kerangka sel otot polos (aktin dan miosin) terletak saling silang, sehingga menghasilkan kontraksi yang amat kuat dan menyebabkan nyeri haid.
Biasanya nyeri haid akan dirasakan oleh remaja dan dewasa muda. Gejala nyeri haid akan berkurang bahkan hilang bila wanita tersebut telah hamil dan melahirkan. Ini karena saat terjadi kehamilan, terjadi regangan pada rahim yang dapat membuat ujung syaraf di rongga panggul dan rahim menjadi rusak. Bila nyeri haid masih dirasakan setelah melahirkan ataupun pada usia lebih dari usia dua dekade, hendaknya diperiksakan ke dokter untuk memeriksakan secara dini kemungkinan-kemungkinan terjadinya kelainan (baik anatomis maupun patologis) pada rongga pelvis dan rahim.
Ada beberapa cara untuk mencegah dan mengobati nyeri haid ini. Solusi pertama yang murah meriah adalah dengan cara olahraga dengan teratur serta latihan peregangan otot sekitar panggul sehingga dapat melancarkan aliran darah pada tubuh. Selain itu, kompres dengan menggunakan kain hangat dapat membantu menghilangkan rasa nyeri saat haid. Teknik pemijatan, aroma terapi dan mandi dengan menggunakan air hangat juga patut untuk dicoba. Untuk mengobati nyeri haid dengan menggunakan obat-obatan, dapat dengan menggunakan obat penghilang nyeri. Namun, hendaknya dengan pengawasan dan anjuran dokter. Terutama bila nyeri yang dirasakan sangat hebat dan obat tersebut digunakan dalam jangka waktu yang lama. Untuk nyeri haid haid sekunder, nyeri ditangani menurut penyebab utamanya. Misalnya saja bila disebabkan oleh tumor, maka dilakukan operasi pengangkatan tumor itu sendiri.
Nah itu dia sedikit ulasan tentang nyeri haid. Semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Salam Saya
Nb: dari berbagai sumber

Minggu, 26 Februari 2012

Tuberkulosis Kutis


Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Jalan masuk kedalam tubuh biasanya melalui inhalasi, atau yang pada umumnya adalah dengan meminum susu sapi yang tidak dipasteurisasi. Tuberkulosis telah dan masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini. Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi yang berefek pada paru – paru, kelenjar getah bening, tulang dan persendian, kulit, usus dan organ lainnya. Salah satu dari jenis tuberkulosis ini adalah tuberkulosis kutis.

Epidemiologi
Faktor predisposisi terjadinya tuberkulosis kutis diantaranya adalah kemiskinan, gizi kurang, penggunaan obat-obatan secara intravena, dan status imunodefisiensi. Tuberkulosis kutis pada umumnya ditemukan pada bayi dan orang dewasa dengan status imunodefisiensi. Frekuensi terjadinya penyakit ini pada wanita dan pria adalah sama. Penyakit ini dapat terjadi di belahan dunia manapun, terutama di Negara – Negara berkembang dan negara tropis. Di negara berkembang termasuk Indonesia, tuberculosis kutis sering ditemukan. Penyebarannya dapat terjadi pada musin hujan dan diakibatkan karena gizi yang kurang dan sanitasi yang buruk. Prevalensinya tinggi pada anak – anak yang mengonsumsi susu yang telah terkontaminasi Mycobacterium bovi .Tuberkulosis kutis dapat ditularkan melalui inhalasi, ingesti, dan inokulasi langsung pada kulit dari sumber infeksi. Selain manusia, sumber infeksi kuman tuberkulosis ini juga adalah anjing, kera dan kucing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini sering terkait dengan faktor lingkungannya ataupun pekerjaannya. Biasanya penyakit ini sering ditemukan pada pekerjaan seperti ahli patologi, ahli bedah, orang-orang yang melakukan autopsi, peternak, juru masak, anatomis, dan pekerja lain yang mungkin berkontak langsung dengan M. tuberculosis ini, seperti contohnya pekerja laboraturium. Sekarang, dimasa yang semakin efektifnya pengobatan tuberkulosis sistemik, tuberkulosis kulit semakin jarang ditemui. Data insiden dari penyakit ini menurut beberapa rumah sakit memperkirakan angka sekitar 1-4%, walaupun itu bukan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Di negara-negara barat, frekuensi yang terbanyak terjadi adalah bentuk lupus vulgaris. Sedangkan untuk daerah tropis seperti Indonesia, yang paling sering terjadi adalah skrofuloderma dan tuberkulosis kutis verukosa. Tuberkulosis kutis menyerang tanpa memandang jenis kelamin dan umur. Tetapi, insiden terbanyak terjadi antara dekade 1-2.

Etiologi
Tuberkulosis kutis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium bovis dan terkadang juga dapat disebabkan oleh vaksin Bacillus Calmette-Guerin. Tuberkulosis kutis terjadi saat bakteri mencapai kulit secara endogen maupun eksogen dari pusat infeksi. Klasifikasi tuberculosis kutis yaitu tuberculosis kutis yang menyebar secara eksogen (inokulasi tuberculosis primer, tuberculosis kutis verukosa), secara endogen (Lupus vulgaris, skrofuloderma, tuberculosis kutis gumosa, tuberculosis orifisial, tuberculosis miliar akut) dan tuberkulid (Liken skrofulosorum, tuberkulid papulonekrotika, eritema nodosum). Tuberkulosis kutis, seperti tuberkulosis paru, terutama terjadi di negara yang sedang berkembang. Insidensi di Indonesia kian menurun sejalan dengan menurunnya tuberkulosis paru. Hal itu tentu disebabkan oleh kian membaiknya keadaan ekonomi. Bentuk-bentuk yang dahulu masih terdapat sekarang telah jarang terlihat, misalnya tuberkulosis kutis papulonekrotika, tuberkulosis kutis gumosa, dan eritema nodusum.

Bakteriologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman yang bersifat aerob dan merupakan patogen pada manusia, dimana bakteri ini bersifat tahan asam sehingga biasa disebut bakteri tahan asam (BTA), dan hidupnya intraselular fakultatif. Artinya, bakteri ini tidak mutlak harus berada didalam sel untuk dapat hidup. Mikobakterium tuberkulosis mempunyai sifat-sifat yaitu berbentuk batang, tidak membentuk spora, aerob, tahan asam, panjang 2-4/µ dan lebar 0,3-1,5/µ, tidak bergerak dan suhu optimal pertumbuhan pada 370 C. Bakteri ini merupakan kuman yang berbentuk batang yang lebih halus daripada bakteri Mycobekterium leprae, sedikit bengkok dan biasanya tersusun satu-satu atau berpasangan.

Patogenesis
Cara infeksi dari kuman M. Tuberculosis ini ada 6 macam yaitu penjalaran langsung ke kulit dari organ di bawah kulit yang telah dikenai penyakit tuberkulosis, misalnya skrofuloderma, inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam yang dikenai penyakit tuberkulosis, misalnya tuberkulosis kutis orifisialis, penjalaran secara hematogen, misalnya tuberkulosis kutis miliaris, penjalaran secara limfogen, misalnya lupus vulgaris, penjalaran langsung dari selaput lendir yang sudah diserang penyakit tuberkulosis, misalnya lupus vulgaris, atau bisa juga kuman langsung masuk ke kulit yang resistensi lokalnya telah menurun atau jika ada kerusakan kulit, contohnya tuberkulosis kutis verukosa.
Hal-hal yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik adalah sifat kuman, respon imun tubuh saat kuman ini masuk kedalam tubuh ataupun saat kuman ini sudah berada didalam tubuh serta jumlah dari kuman tersebut. Respon imun yang berperan pada infeksi M. tuberculosis adalah respon imunitas selular. Sedangkan peran antibodi tidak jelas atau tidak memberikan imunitas.
Bila terjadi infeksi oleh kuman M. Tuberculosis ini, maka kuman ini akan masuk jaringan dan mengadakan multiplikasi intraseluler. Hal ini akan memicu terjadinya reaksi jaringan yang ditandai dengan datang dan berkumpulnya sel-sel leukosit dan dan sel-sel mononuklear serta terbentuknya granuloma epiteloid disertai dengan adanya nekrosis kaseasi ditengahnya. Granuloma yang terbentuk pada tempat infeksi paru disebut ghonfocus dan bersamaan kelenjar getah bening disebut kompleks primer adalah tuberculous chancre. Bila kelenjar getah bening pecah timbul skrofuloderma .

Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi dari tuberkulosis kutis ini. Yang paling sering digunakan adalah klasifikasi menurut ada atau tidaknya bakteri penyebabnya. Sehingga tuberkulosis kutis ini dibedakan menjadi tuberkulosis kutis sejati dan tuberkuloid. Pada tuberkulosis sejati, ditemukan basil TB pada lesinya. Sedangkan pada tuberkuloid tidak ditemukan adanya basil. Tuberkulosis sejati ini dibagi lagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Yang dimaksud dengan primer ini adalah lesi yang terjadi karena infeksi eksogen pada penderita yang belum pernah terpapar dengan M. Tuberculosis sebelumnya. Pada tuberkulosis sekunder, terjadi reinfeksi baik itu reinfeksi lokal maupun general pada individu yang pernah terinfeksi sebelumnya. Yang termasuk dalam kategori tuberkulosis sekunder adalah TB kutis miliaris, skrofuloderma, TB kutis verukosa, TB kutis gumosa, TB kutis orifisialis, lupus vulgaris.
Adapun yang dimaksudkan dengan tuberkuloid merupakan reaksi hipersensitifitas dari individu yang sebelumnya telah sensitif dengan kuman TB. Bentuk dari tuberkuloid ini sendiri dibagi lagi menjadi 2 bentuk yaitu tuberkuloid dalam bentuk papul dan tuberkuloid dalam bentuk granuloma dan ulseronodulus.

Gambaran Klinik dan Histopatologi
Pada umumnya, gambaran dari TB kutis ini adalah pada epidermisnya tampak adanya hiperkeratosis dan akantosis. Pada reaksi radang yang akut, sering dengan gambaran adanya abses di lapisan ini. Pada deermis tampak adanya nekrosis kaseosa. Gambaran klinis yang khas menurut penyakitnya pada tuberkulosis sejati adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Inokulasi TB primer
  1. TB chancre atau kompleks primer TB (TB inokulasi primer)
Bentuk ini merupakan hasil inokulasi primer kuman TB pada kulit orang yang belum pernah terkena kuman TB sebelumnya atau pada orang-orang yang tidak mempunyai imunitas terhadap kuman TB. Gambarannya dapat berbentuk papul, pustul atau ulkus indolen, berdinding tergaung dan disekitarnya livid. Masa tunas 2-3 minggu, limfangitis dan limfadenitis timbul beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah afek primer, pada waktu tersebut reaksi tuberkulin menjadi positif. Histopatologinya yaitu pada fase awal menunjukkan gambaran radang akut dengan nekrosis dan banyak basil tahan asam. Pada stadium lanjut dijumpai kaseasi bersamaan dengan lenyapnya basil.
  1. TB miliar kulit (TB kutis miliaris diseminata)
Tipe ini biasanya terjadi pada bayi dan anak-anak dengan status imunokompromise. Akan ditemukan adanya lesi primer pada paru dan lesi yang muncul secara mendadak dan tersebar diseluruh badan berupa papula, vesikel, pustula dengan atau tanpa nekrosis diatasnya. Diagnosis banding dari kelainan ini adalah sifilis sekunder dan erupsi obat. Pada pemeriksaan histopatologinya menunjukkan adanya beberapa fokal nekrosis dan abses yang dikelilingi zona makrofag dan banyak basil tahan asam.
  1. Lupus vulgaris (TB luposa kutis)
Lebih sering terjadi pada wanita. Lupus vulgaris merupakan bentuk yang sering dan mengenai terutama pada bagian yang sering terpapar misalnya pada wajah dan ekstremitas. Gambaran klinis yang umum adalah kelompok nodus eritematosa yang berubah warna menjadi kuning pada penekanan (apple jelly colour). Penyembuhan spontan terjadi perlahan-lahan di suatu tempat, tetapi terjadi perjalanan di tempat lain, yang dapat ke perifer atau serpiginosa. Diagnosis banding untuk penyakit ini adalah SLE, sifilis tersier, sporotrikosis dan lepra. Gambaran histopatologinya  menunjukkan adanya struktur tuberkuloid pada dermis atas berupa granuloma epiteloid dengan sel-sel raksasa Langhans dan limposit.
  1. TB kutis verukosa (warty tubercuosis verrucanecrogenica)
Bentuk TB kulit yang timbul karena infeksi eksogen pada individu dengan imunitas baik. Perjalanan kliniknya berlangsung kronik beberapa bulan hingga tahun. Tempat predileksinya pada tungkai bawah dan kaki. Gambaran klinis biasanya berbentuk bulan sabit akibat penjalaran secara serpiginosa. Ruam terdiri atas papul-papul lentikuler di atas kulit yang eritematosa. Pada bagian yang cekung terdapat sikatriks. Diagnosis bandingnya adalah veruka, kromomikosis dan sporotrikosis. Gambaran histopatologinya yaitu pada epidermis dijumpai adanya hiperkeratosis, hipergranulosis, akantosis, dan papilomatosis diatas sebukan radang akut.
  1. Skrofuloderma (TB colliquativa cutis, TB gumma)
Skrofuloderma terjadi terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Perjalanan penyakit ini kronik dan sering kambuh. Fokus primer didapatkan pada daerah yang aliran getah beningnya bermuara pada kelenjar getah bening yang meradang. Dimulai dengan satu atau beberapa nodul indolen, keras dan dalam, dan melekat dengan kulit diatasnya. Setelah beberapa minggu, lesi menjadi kemerahan, melunak dan mengalami supurasi dan bila pecah, tepinya tidak teratur. Diagnosis bandingnya adalah aktinomikosis servikovasial, hidradenitis supurativa, limfogranuloma venereum, dan blastomikosis. Pada pemeriksaan histopatologinya, pada bagian tengah dari lesi akan terdapat ulkus dan abses. Banyak basil tahan asam. Semakin tua lesi, basil semakin susah ditemukan.
  1. TB kutis orifisialis
Merupakan bentuk dari TB kulit yang terjadi pada mukosa atau kulit sekitar orifisium. Ulkus berdinding tergaung, kemerahan, hemoragik, purulen dan sekitarnya livid. Terjadi karena autoinokulasi, perluasan limfogen atau hematogen pada penderita dengan imunitas kurang baik. Diagnosis bandingnya adalah ulkus durum, ulkus molle dan ulkus ulkus piogenik. Gambaran histopatologinya adalah biasanya berupa ulkus yang tidak spesifik. Nekrosis kaseasi dapat dijumpai pada dermis bagian dalam. Basil tahan asam mudah dijumpai.
Tuberkuloid memiliki perbedaan dengan tuberkulosis sejati dalam gambaran histopatologinya. Semua bentuk tuberkuloid biasanya tubuh sendiri, tidak dijumpai basil tahan asam pada lesi, ter tuberkulin pisitif kuat dan ada respon terhadap pengobatan anti-TB.
  1. Tuberkuloid papulonekrotik
Bentuknya biasanya simetrik pada bagian ekstensor anggota badan, berupa sekumpulan papula dengan nekrosis ditengahnya, kemudian menjadi krusta yang melekat dan membentuk jaringan nekrotik dalam waktu 8 minggu, lalu menyembuh dan meninggalkan sikatriks. Lama penyakit dapat bertahun-tahun. Diagnosis bandingnya adalah prurigo, folikulitis, dan sifilis pustular. Gambaran histopatologinya menampakkan adanya nekrosis pada dermis bagian atas, dikelilingi oleh radang nonspesifik. Yang khas adalah endarteritis, endoflebitis, dan trombosis.
  1. Likhen skrofulosorum
Merupakan bentuk tuberkuloid dengan erupsi likhenoid. Lesi biasanya terjadi di daerah leher pada anak yang menderita tuberkulosis tulang atau nodus limfatik. Kelainan kulit terdiri atas beberapa papul miliar, warna dapat serupa dengan kulit atau eritematosa. Tempat predileksi pada dada, perut, punggung dan daerah sacrum. Perjalanan penyakitnya dapat berbulan-bulan dan residif, jika sembuh tidak meninggalkan sikatriks. Diagnosis bandingnya adalah dermatitis seboroik, lepra tuberkuloid, sarkoidosis, keratosis folikularis dan likhen nitidus. Gambaran histologinya berupa granuloma tuberkuloid superfisial disekitar folikel rambut.
  1. Eritema induratum (Bazin)
Eritema induratum adalah suatu peradangan kronis dari pembuluh darah arteri dan vena bersifat jinak, dan disertai nekrosis lemak. Kelainan kulit berupa nodus-nodus indolen. Tempat predileksinya pada daerah fleksor. Perjalanan penyakit kronik residif. Diagnosis bandingnya adalah eritema nodosum, ektima, ENL, dan ulkus stasis. Gambaran histopatologinya bervariasi, tetapi tetap khas adanya vaskulitis dan panikulitis. Reaksi jaringan dapat nonspesifik atau berupa tuberkel dan sel raksasa Langhans dengan disertai nekrosis.
  1. Eritema nodusum
Kelainan kulit berupa nodus-nodus indolen terutama pada ekstremitas bagian ekstensor. Diatasnya terdapat eritema. Banyak penyakit yang juga dapat memberi gambaran klinis sebagai E.N., yang sering: lepra sebagai eritema nodusum leprosum, reaksi karena Streptococcus B Hemolyticus, alergi obat secara sistemik, dan demam reumatik.

Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis kutis ini berdasarkan atas anamnesa riwayat TB, pemeriksaan klinik umum, dan dermatologi. Untuk menegakkan diagnosis pasti, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan BTA, dan kultur.

Pengobatan
Pengobatan untuk tuberkulosis ini pada prinsipnya sama dengan pengobatan untuk tuberkulosis paru, karena kuman penyebabnya adalah sama-sama M. Tuberculosis. Pengobatannya terdiri dari kombinasi INH, rifampisin, ethambutol, atau streptomisin. Ada 3 alternatif regimen pengobatan jangka pendek, yaitu INH + rifampisin setiap hari selama 6 bulan, ditambah dengan ethambutol dan pyrazinamid setiap hari pada 2 bulan pertama, INH + rifampisin setiap hari selama 6 bulan, ditambah streptomisin dan pyrazinamid setiap hari selama 2 bulan pertama, atau bisa juga dengan INH + rifampisin setiap hari selama 9 bulan ditambah ethambutol setiap hari selama 2 bulan pertama.
Formula untuk pengobatan tuberkulosis ini dapat dituliskan sebagai berikut
dimana H=INH, 300 mg/hari, 10-20 mg/ kg BB/ hari, R=rifampi, 600 mg/hari, 10-20 mg/kg BB/hari, Z=pyrazinamid, 25 mg/kg BB/hari, E=ethambutol, 15 mg/kg BB/ hari.

Prognosis
Prognosis dari penyakit ini baik apabila pasien bersedia mengikuti terapi dengan bersungguh-sungguh dan selalu menjaga kebersihan badan serta lingkungan sekitarnya.

RINGKASAN
Tuberkulosis kutis adalah penyakit infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Sifat dari kuman ini adalah aerob dan tahan asam. Tuberkulosis kutis ini umumnya menyerang orang-orang yang mempunyai imunitas rendah. Kuman ini dapat menginfeksi dengan 6 cara baik itu langsung melalui kulit ataupun penjalaran melalui organ tubuh lainnya. Klasifikasinya dapat dibedakan menjadi tuberkulosis sejati dan tuberkuloid, dimana tuberkulosis sejati ada yang primer dan sekunder, sedangkan jenis dari tuberkuloid ada yang dalam bentuk granuloma dan ulseronodulus. Pada umumnya, gambaran dari TB kutis ini adalah pada epidermisnya tampak adanya hiperkeratosis dan akantosis. Diagnosis tuberkulosis kutis ini berdasarkan atas anamnesa riwayat TB, pemeriksaan klinik umum, dan dermatologi. Diperlukan juga pemeriksaan BTA dan kultur. Formula untuk pengobatan TB kulit ini adalah 2 HRZE. Prognosis dari penyakit ini baik apabila pasien bersedia menjalani terapi tanpa putus obat dan dengan tetap menjaga kebersihan badan dan lingkungan sekitarnya.


Kayan Setiawan
Civitas Akademika Universitas Udayana