Ooooaaaaahhhhhhhheeeeeeeemmmmmm….
Apa kabar anda
hari ini? Pada kesempatan kali ini, saya akan mengulas sedikit tentang salah
satu jenis sayuran yang sering kita konsumsi dan sering kita dengar mitosnya.
Siapakah dia? Dan dia adalah terong.
Asalnya adalah dari India dan Sri Lanka. Terong berkerabat
dekat dengan kentang dan leunca, dan agak jauh dari tomat. Terong ialah terna
yang sering ditanam secara tahunan. Tanaman ini tumbuh hingga 40-150 cm (16-57
inci) tingginya. Memiliki daun yang besar, dengan lobus yang kasar. Batangnya
biasanya berduri. Warna bunganya antara putih hingga ungu, dengan mahkota yang
memiliki lima lobus. Benang sarinya berwarna kuning. Buah tepung berisi, dengan
diameter yang kurang dari 3 cm untuk yang liar, dan lebih besar lagi untuk
jenis yang ditanam.
Saya sering mendengar mitos tentang terong yang dikaitkan
dengan vitalitas pria. Banyak yang berkomentar kalau terong bisa membuat
disfungsi seksual pada pria. Entah sejak kapan dan darimana datangnya mitos
ini, yang jelas sangat banyak orang, terutama yang pria, mempercayai mitos ini.
Bahkan tak jarang ada yang dengan gaya berbicara seperti sudah menjadi seorang
ahli gizi, mengatakan bahwa terong “haram” dikonsumsi oleh para pria. Entah
karena terong yang setelah dimasak bentuknya loyo, maka terong (terung)
dituding sebagai sesuatu yang dapat mengganggu keperkasaan pria (padahal semua
sayuranpun, pasti akan loyo dan lemas setelah dimasak). Terong pun
didesas-desuskan dapat menimbulkan impotensi. Tak pelak, anggapan itu berakibat
terong bak musuh yang menakutkan bagi sejumlah pria. Sungguh mitos yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Setelah mencari beberapa bahan bacaan, termasuk beberapa
bahan jurnal ilmiah, memang saya belum menemukan adanya penelitian ilmiah yang
menyebutkan dampak negatif dari terong yang dapat menyebabkan gungguan fungsi
seksual pada pria. Malah sebaliknya, yang saya temukan adalah khasiat dari
tanaman ini yang memang tidak dapat diremehkan. hal ini di dukung oleh beberapa
penelitian dari orang-orang yang memang berkompeten dibidangnya, seperti
contohnya Dr. Waluyo Soerjodibroto, Ph.D., DSG (salah seorang staf ahli gizi
dari UI), Dr GHA Mitschek (seorang ilmuwan dari Universitas Graz), Dr. Fasich (seorang
peneliti dari Universitas Airlangga).
Dr.
Waluyo mengatakan bahwa mitos tentang terong yang dapat menurunkan vitalitas
pria itu merupakan anggapan yang salah dan belum terbukti keabsahannya melalui
penelitian ilmiah murni. Terong malah dapat menurunkan kadar kolesterol
makanan. Maksudnya disini, bila terong dikonsumsi dengan makanan yang banyak
mengandung kolesterol, maka terong dapat membantu menurunkan kadar penyerapan
kolesterol dari makanan tersebut. Hanya saja, terong yang disajikan disini
harus dengan cara direbus atau dikukus,
bukan digoreng. Karena bila dimasak dengan cara digoreng, apalagi dengan
penambahan santan, maka kemampuan dari terong bisa menurun bahkan hilang. Yang
tersisa adalah rasa yang enak untuk lidah.
Dr.
Waluyo juga menjelaskan bahwa ternyata didalam terong juga terkandung antioksidan.
Telah diketahui bahwa fungsi anti oksidan yaitu pencegah kanker. Namun,
sebagaimana makanan lain yang mengandung antioksidan yang cukup tinggi,
hendaknya tidak dikonsumsi secara berlebihan. Karena mengkonsumsi makanan yang
mengandung antioksidan dalam jumlah yang berlebih dari yang diperlukan dan
dalam jangka waktu yang lama, maka antioksidan tersebut malah bisa berubah
menjadi pro oksidan atau pemicu terjadinya kanker. Terong juga rendah kalori,
mengandung vitamin A, B1, B2, B6, dan juga vitamin C. Selain itu juga
mengandung kalium dan senyawa solanin.
Dr
Mitschek juga telah melakukan penelitian dengan menggunakan hewan coba hingga
beberapa kali. Peneliti ini memberi makanan tinggi kolesterol pada kelinci
percobaannya dan juga memberikan terong dalam jumlah yang bervariasi. Hasil
yang didapatkan adalah ternyata terong dapat menbantu menghambat pembentukan
plak dan timbunan lemak dalam pembuluh darah, membatasi penyerapan kolesterol
dalam saluran cerna, bahkan mampu menyerap dan mengangkut kolesterol yang
berlebih dalam pembuluh darah. Dr Mitschek juga mengatakan bahwa terong adalah
sumber asam folat dan kalium yang baik, serta dapat menurunkan dan menghambat
pembentukan radikal bebas karena mengandung nasuin yang terdapat pada kulitnya.
Kenyataan
lain yang ditemukan adalah, kandungan afrodisiak
dalam terong dapat menaikkan gairah seksual pria, menambah nafsu seksual dan
tidak menyebabkan lemah syahwat. Selain itu, terong kaya akan kandungan serat.
Selain
hasil penelitian dari beberapa orang diatas, beberapa bahan bacaan juga
menjelaskan beberapa manfaat dan kandungan dari terong, yang mematahkan mitos
sebagai sayuran yang harus dihindari. Dikatakan bahwa air rebusan dari terong
gelatik (berbentuk bulat kecil) dapat melancarkan buang air kecil, menyembuhkan
sakit perut dan mampu untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Namun dalam hal
ini, saya belum berhasil menemukan bukti jurnal ilmiahnya walau dalam
pengobatan tradisional, memang sudah sering dipakai.
Pengobatan tradisional di Nigeria percaya, bahwa terong
dapat menyembuhkan atau setidaknya mengurangi serangan rematik tertentu. Bahkan
tidak hanya di Nigeria terong diyakini memiliki khasiat obat, di Korea terong
dikenal punya keajaiban untuk mengobati beberapa gangguan kesehatan. Sayuran
yang telah dikeringkan, termasuk buahnya, bisa dikonsumsi untuk mengobati sakit
pinggang, encok, pinggang terasa kaku, dan nyeri lainnya.
Terong
yang mengandung striknin dan skopolamin, juga skopoletin dan skoparon,
berfungsi sebagai penghambat serangan sawan dan gugup. Jadi jelaslah sudah
bahwa terong dapat mengobati penyakit epilepsi. Pengujian terakhir yang
dilakukan di Jepang menunjukkan jus terong, yang dapat menekan kerusakan pada
sel-sel tersebut. Kandungan protease
(tripsin) pada terong dipercaya dapat
menolong melawan serangan zat penyebab kanker. Pada penelitian yang lebih
spesifik, terong dikatakan bagus untuk mengurangi risiko penyakit kanker perut.
Begitu banyak manfaat dari terong, terutama yang memang
sudah terbukti secara ilmiah, hendaknya menjadi pegangan bagi kita, agar tidak
takut untuk mengkonsumsinya. Karena memang sampai artikel ini dibuat, belum ada
jurnal ilmiah yang “membenarkan” mitos tersebut. So, sekarang tinggal bagaimana
kita memilah milah informasi yang kita dapatkan tentang terong ini, sehingga
kita bisa membedakan mana fakta (menurut penelitian ilmiah) dan mana yang opini
(mitos)
Nb: Dari
berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar